Categories: FanFiction
–OneShot
Genre: romance, family
Rating: G
Theme song: SHINKU-
hey!say!JUMP
AuthoR: aulia wahyu timorani
a.k.a Lia_JUMP
Address: JL. Moh.hatta no.
64, baturaja, Sumatera Selatan
Phone number: 082184881753
Age: 13
Reason: ingin menang! ^_^,
pengen ikut merayakan ultah yama-chan<3
Cast: 1.yamada ryosuke
2.mariya nishiuchi,
3.chinen yuri
Synopsis: ryosuke bingung,
dia menyayangi adiknya, tapi juga mencintai masa lalunya. Saat harus memilih,
pasti ada yang harus dikorbankanya….
.
.
.
.
Anak lelaki itu tak kunjung berhenti menangis, meskipun
angin yang tadinya lembut menerpa rambutnya kini telah berubah menjadi angin
cukup kencang yang kapan saja siap menerbangkan tubuhnya, ia tak peduli. Yang
ada di pikiranya sekarang adalah menangis, menangis, dan menangis, meskipun
berkali-kali ia menguatkan diri sendiri untuk tidak menangis, air mata itu
seakan tak mengerti, mereka tetap keluar, bahkan semakin lama semakin deras.
Tiba-tiba anak lelaki itu merasakan seseorang yang
menempat posisi kosong di sampingnya, meskipun anak itu tak melihat, ia bisa
tau bahwa sosok itu adalah seorang gadis.
“ne, kenapa kau diluar?
Angin sangat kencang disini…”
Kata gadis manis berambut
panjang itu, si anak lelaki terdiam sebentar sebelum akhirnya menggeleng
“tidak….aku takut…takut
sekali….dia mengerikan…aku takut…”
Gummam si anak lelaki tanpa
menghentikan tangisnya. Gadis itu mengulurkan tangan dan melingkarkanya pada
bahu si anak lelaki yang bergetar.
“daijobu…aku sudah
memelukmu….sebentar lagi kau pasti tenang….”
Kata gadis itu, si anak
lelaki terdiam, mencoba merasakan hangatnya pelukan gadis yang kini tengah
mendekapnya. Gadis itu seolah memusnahkan seluruh dingin yang sejak tadi
menghinggapi seluruh hatinya. Hangat….benar-benar hangat….
“dasar, kau seperti pangeran
es…dingin sekali…”
Ungkap gadis manis itu,
ryosuke tak merespon, masih terlena oleh hangatnya pelukan gadis kecil itu…
***
Jarum jam yang runcing menunjuk pukul tujuh pagi.
Sepasang mata seorang yamada ryosuke terbuka begitu saja ketika terdengat suara
weker yang sangat memekakkan telinga. Dengan malas ia segera bangkit dan
berjalan malas menuju kamar mandi.
“ah! Ohayou!”
Sapa ryosuke pada siapa saja
yang ada di meja makan. Seorang wanita yang lazimnya disebut ibu oleh ryosuke
tersenyum dan membalas sapaan ryosuke.
“ah! Ohayou ryo-chan…ayo
makan!”
Kata wanita berusia sekitar
40-an itu. Ryosuke tersenyum dan mulai mengambil tempat di samping adiknya yang
sedari tadi tak mengeluarkan sedikit-pun suara yang berarti—kecuali suara
sumpit yang beradu dengan permukaan mangkuk makananya. Ryosuke melirik sejenak
adiknya, ia hanya makan dengan tenang dan berdiri setelah ryosuke duduk.
“eh?”
“ittekumasu..”
Kata adiknya datar sembari
merenggut tas dan berjalan keluar rumah. Ryosuke dan ibunya mendesah lemah,
adiknya-chinen yuri-orang yang seharusnya memanggilnya ‘kakak’ malah bersikap
dingin seperti itu, ryosuke sadar, semua salahnya! Sebenarnya yuri bukan adik
kandung ryosuke, ibunya dan ayah yuri menikah setelah ibu yuri meninggal, tapi lima tahun yang lalu
ryosuke dan ayahnya-ah! Ayah mereka kecelakaan, hingga menyebabkan pria bernama
chinen takashiro itu meninggal dunia. Tak heran kan? Yuri selalu mencelanya dan tak
sekalipun menyebut namanya-apalagi mengakuinya sebaga seorang ‘kakak’ namun
entah kenapa, hingga detik inipun ryosuke tak kunjung mau menerimanya….
***
Disana, tak jauh dari yujiro gakuen-tempat sekolah mereka
berdirilah dua orang manusia. Yuri dan seorang gadis yang kelihatanya baru
ditabrak atau mungkin menabraknya. Yuri tertunduk meminta maaf pada gadis yang
tingginya hampir sama denganya itu. Gadis itu hanya tersenyum dan memungut buku
yang tadi terjatuh.
“su..sumimasen…”
Ucap yuri sekali lagi. Namun
gadis itu malah tertawa kencang
“hahahaha!! Kenapa kau
mengulang kalimatmu terus? Aku mengerti kok!”
Tawa gadis itu. Yuri terpana
sejenak, senyuman gadis ini benar-benar manis! Tapi ia tersadar dari
keterkagumanya setelah melihat pakaian apa yang dikenakan gadis manis itu,
seragam sma yujiro, itu artinya gadis ini berusia diatasnya! Yuri sedikit
kecewa. ia tak boleh macam-macam berarti, bisa-bisa ia dihajar oleh kakak
kelasnya!
“ee..soukka(begitu), tapi
sekali lagi…hontou ni gomenasai!(benar-benar minta maaf)”
Kata yuri. Gadis itu
menghantikan sisa-sisa tawanya.
“nee, daijobu…(tenang
saja)…kenapa kau sangat buru-buru?”
Tanya gadis itu lembut. Yuri
menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“ano…aku lupa membawa lem,
jadi aku bermaksud membelinya di depan”
Balas yuri malu-malu. Tawa
gadis itu kembali meledak
“ahahahaha!! Ahaha…kau…melupakan
lem? Tak apa, ah! Pakai milikku saja!”
Kata gadis itu seraya
merogoh tasnya dan mengeluarkan lem kertas berwarna pink. Yuri menatap gadis
didepanya-sudah manis, baik pula- pikirnya…dengan ragu, yuri meraih lem kertas
itu
“demo, hontou ni daijobu?(tapi,
benar tak apa?)”
Tanya yuri ragu. Gadis itu
tersnyum lembut, membuat yuri terdiam karena merasa déjà vu dengan senyuman
manis itu. Tapi tak lama kemudian ia menggelengkan kepalanya pelan berusaha
menyingkirkan pikiran anehnya tersebut.
“ah! Ka..kalau begitu..arigatou
senpai….”
Kata yuri. Gadis itu
terbelalak.
“eh? Senpai-(senior)-ah! Kau
smp ya? Oh…maaf…aku agak shock! Hehehe”
Tawa gadis itu, sepertinya
gadis itu menertawai dirnya sendiri. Yuri ikut tertawa kecil.
“ja, jadi pada siapa aku
harus mengembalikanya?”
Tanya yuri lagi.
“padaku lah~”
“siapa?”
“aku! Oh! Ya! Namaku mariya!
Nishiuchi mariya!”
“hai, nishiuchi senpai!”
“eh? Pa…panggil saja aku
mariya! Kau membuatku terlihat tua!”
Kata gadis yang ternyata
bernama mariya itu. Yuri tersenyum ‘nama yang manis’ tak lama kemudian, bel
tandan masuk berbunyi, yuri memacu kakinya lebih cepat agar sampai ke kelas
tepat waktu, dalam hati ia bersyukur, telah bertemu gadis manis itu.
***
“ryosuke, hari ini ada pertandingan bola, adikmu kapten kan?”
Tanya nakajima yuto. Ryosuke
menjawab tanpa mengangkat kepalanya yang sejak tadi disembunyikan dalam lipatan
tanganya. Ryosuke melengos pasrah, seakan tak punya cukup kekuatan bahkan hanya
untuk bernafas sepuluh kali.
“kau ini, seperti orang apa
saja! Seperti orang yang terlalu lesu untuk bernafas”
Protes yuto. Ryosuke kembali
bernafas berat.
“baiklah apa maumu?”
Tanya ryosuke, yuto terdiam
sebentar.
“berhentilah bernafas kalau
memang berat!”
“heh, kau mau aku mati?
Baiklah~ kalau itu juga, mungkin lebih baik….”
Jawab ryosuke diluar dugaan.
Yuto tercenung, ternyata kondisi ryosuke sekarang jauh lebih buruk dari yang
dipikirkanya. Tak salah lagi! Dan yuto-pun sudah bisa menebak apa yang menjadi
akar dari masalah ryosuke kali ini.
“yuri lagi ya?”
Tanya yuto. Lelaki jangkung
itu mengecilkan volume suaranya. Ia mengambil tempat di samping ryosuke yang
sedang kosong.
“nee. Ryosuke?”
“hai’ lagi-lagi kau benar!”
“apa lagi kali ini?”
“seperti biasa kan? Dia
mengacuhkanku…..dan ibuku…ah! Ibu kami!”
“jadi…ryo, mungkin dia hanya
butuh waktu…”
“tapi kenapa selama ini
yuto? Apa ini tak aneh? Aku sudah lelah! Cukup sudah rasa bencinya!”
“tapi kau tak pernah
berusaha bicara padanya kan?”
“kau tak tau? Aku baru
bilang hai saja dia langsung kabur! Dia tak pernah menyebutku dengan kak! Tak
pernah menyebut kaachan dengan kaachan! Kau harusnya juga memikirkan seperti
apa perasaan kaachan!”
Tanpa sadar, ryosuke
mengeluarkan hampir seluruh emosinya. Andai dia tak ingat bahwa yuto adalah
sahabatnya, ia pasti sudah menghajar yuto dan mengoyaknya hingga jadi potongan
kecil! Tidak, tapi ryosuke takkan melakukan itu- ia sama sekali tak gila kok!
Dengan pikiran yang lebih kusut dari sebelumnya, ryosuke
menghentakkan kaki dan keluar kelas, tak ada tujuan, hanya berjalan dengan
berbagai perasaan yang kapan saja bisa berubah…seperti saat ini, ia
menghentikan langkah kakinya, sepasang mata gelapnya terkunci pada sosok itu,
sosok yang sedang tersenyum didepan seorang gadis sambil menyodorkan sebuah
benda kecil berwarna merah jambu. Siapa lagi? Siapa lagi kalau bukan orang yang
selalu membuat pikiranya kusut, membuat hatinya mencelos, dan membuat emosinya
terkuras? Ya! Chinen yuri…
“apa yang dilakukan bocah
itu?”
Gumam ryosuke pelan, sangat
pelan tak berharap seseorang akan mendengarnya. Kemudian, mata ryosuke melebar,
mendapati seulas senyum lebar yang tulus dari seorang chinen yuri, senyuman
yuri yang sudah tak ditemuinya lagi lima
tahun terakhir, senyuman yang teramat sangat dirindukanya, senyuman adik
kecilnya…tapi kenapa? Kenapa senyum itu malah diberikan utuk orang lain? Bukan
untuk dirinya? Kenapa untuk orang lain? Sekarang ryosuke sadar, senyuman yuri
itu mungkin akan terlihat jutaan kali lebih manis andai saja senyuman itu
adalah senyuman untuknya…
“arigatou na,
senpai…(terimakasih senpai)”
“un! Daijobu! Ah! Namamu
chinen yuri kan?”
“eh? Darimana senpai tau?”
“itu, name-tag-mu! Hahaha!”
Ryosuke makin terpana,
adiknya benar-benar manis sekarang! Percakapan singkat itu membuat ryosuke tak
berkutik seketika. Siapa gadis itu? Gadis yang bisa membuat seorang chinen yuri
tersenyum, ah! Bahkan tertawa? Siapa? Beribu Tanya menghujam pikiran ryosuke.
Kakinya enggan untuk menghampiri kedua eksistensi yang sedang berbicara seru
itu, ia takut….takut jika dia datang maka ia akan kehilangan senyuman yuri itu,
hatinya sedikit tak rela.
Setelah puas, ryosuke manarik nafas, mencoba menenangkan
diri dan berusaha mengingat-ingat wajah gadis itu. Setelah itu ia pergi, pergi
menjauh sejauh yang ia bisa….
***
“nee, yuri….apa yang kau lakukan di gedung sma?”
Tanya ryosuke ketika ia
berhasil mencegat yuri yang bersiap meninggalkan gedung sma yujiro. Yuri
menatapnya kesal, tanpa mempedulikan kalimat ryosuke, yuri hanya memutar
arahnya mencoba menghindar.
“kau tak bisa pergi sebelum
menjawab, ini wilayah sma, wilayahku…kau tak bisa semena-mena”
Kata ryosuke memperingatkan.
Yuri terhenti, nampaknya kalimat sanga kakak barusan sedikit menarik
perhatianya.
“ohya? Betapa terkejutnya
aku….”
Ucap yuri sedatar mungkin,
walaupun dalam hatinya ia mengumpat.
“CUKUP YURI!!! Aku ingin
bicara dengamu!!”
Pekik ryosuke tanpa sadar,
emosinya telah memuncak.
“apa hak-mu hah? Siapa kau?
Kau itu SAMA SEKALI tak ada urusan denganku!!”
“ADA!! MASALAHKU BANYAK SEKALI DENGANMU!!!”
“BANYAK?? SATU-SATUNYA
MASALAHMU ADALAH, KAU MEMBUNUH TOUCHAN!!!”
Ryosuke terenyak, kalimat yuri tadi langsung menyelusup
melalui cela hatinya. Cukup sudah! Ia tak ingin mendengat tuduhan macam ini! Ia
tau ia salah! Tapi bukan berarti dia tak pantas lagi mendapat penghormatan
bahkan kasih sayang dari adiknya sendiri. Apa?
Adiknya sendiri?. Sisi lain diri ryosuke seakan menyadarkan sesuatu, yuri
bukan miliknya! Ia hanya kakak tiri yang tak memiliki hubungan darah. Yuri
bukanlah adik kandungnya. Tapi ryosuke sangat ingin…yuri menjadi adik kandung
yang mencintainya serta ibunya…andai saja.
Mata ryosuke makin melotot saat melihat tetesan air yang
meluncur di pipi yuri, tetesan bening. Sama sekali tak ada isakan. Ryosuke tau
betul, air mata itu adalah air mata pertama semenjak lima tahun yuri tak menunjukan air mata itu.
Hati ryosuke bertambah sakit.
“gomen….”
Gumamnya. Dan satu kalimat
itu malah membuat yuri meninggalkanya entah kemana. Tak ingin yuri hilang dari
pengelihatanya, ryosuke mengejar. Hingga mereka sampai di atap sekolah. Yuri
ada disana! Menenggelamkan wajahnya diantara lutut. Ia menangis, dan kali ini
ada isakkan.
Sebelum ryosuke mendekat, eksistensi lain sudah
mendahuluinya. Menatap yuri dengan heran, dan bertanya dengan wajah khawatir.
Gadis itu…gadis yang tadi menciptakan senyuman di bibir yuri.
“yuri-kun…daijobu?(kau
baik-baik saja?)”
Tanya gadis itu. Yuri
menggeleng lemah, ryosuke menebak mungkin saja yuri sudah tau siapa yang
mendatanginya dan melontarkan pertanyaan yang sangat lembut begitu.
“i..iie…tapi…aku…takut…”
Gumam yuri. Perama kalinya
ryosuke mendengar ungkapan hati yang keluar langusng dari mulut yuri. Dan kini
ryosuke makin penasaran pada gadis yang ada bersama yuri itu. Gadis yang telah
menciptakan berbagai perubahan luar biasa bagi yuri.
Gadis itu mengambil posisi di samping yuri. Pelan, kemudian
mengulurkan tanganya dan melingkarkannya pada bahu yuri yang bergetar. Baik
ryosuke maupun yuri sama-sama terkejut, yuri terkejut karena mendapati gadis
manis itu kini memeluknya. Tapi ryosuke? Lelaki berwajah rupawan itu terkejut
karena merasa pernah melihat kejadian itu sebelumnya. Namun dari sudut pandang
yang berbeda.
“daijobu…aku sudah
memelukmu…sebentar lagi kau pasti tenang….”
Ryosuke kian terkejut dengan
peristiwa yang berjalan dangat cepat melewati pikiran dang telinganya.
“dasar…kau dingin sekali, seperti pangeran es…”
Kini ryosuke tak dapat lagi
meredam keterkejutanya. Gadis ini istimewa, ia tau itu! Kalimatnya, cara
memeluknya…ryosuke ingat semua itu. Seolah memorinya dimasa lalu kembali.
‘aku pernah melihat gadis itu, aku pernah merasakan
hal yang sama….kenapa saat itu gadis itu datang?’ jawabanya adalah…’karena aku
takut yuri membenciku, dan saat itu dia datang…’ lalu,kenapa yuri membencimu?
‘karena aku membunuh touchan, bukan! Tapi touchan-nya…’
Tak urung, memori yang tak
ingin diingat ryosuke itu muncul ketika remaja 16 tahun itu berusaha
membangkitkan memorinya tentang gadis yang muncul lima tahun lalu dalam hidupnya. Tapi kenapa?
Kenapa sekarang ia harus melihat dari sudut pandang berbada kali ini? Kenapa
bukan dirinya yang kini berada di dalam hangatnya pelukan gadis itu? Iri…dia hanya iri…
***
Ryosuke menopang dagunya diatas meja makan, menunggu sang
ibu selesai memasak didapur. Jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan gelisah, yuri
tak juga pulang. Padahal petir tanda hujan akan mulai meghujam kota
Tokyo sebentar
lagi sudah mulai terdengar. Tiba-tiba pintu rumah terbuka, seorang chinnen yuri
berdiri disana dengan wajahnya yang tak bisa diartikan begitu saja.
Sang ibu yang baru selesai berkutat dengan masakanya
langsung memandang putra bungsunya
yang kini telah menatap ryosuke dan dirinya dengan tatapan aneh, dia hanya diam
sebelum akhirnya membuka mulut.
“aku…lapar…”
Gumam yuri, semuanya
terdiam…masih shock dengan kalimat yuri barusan. Kalian tau? Ini pertama
kalinya yuri mengucapkan hal semacam itu. Ibunya menlongo, masih tak percaya
dengan pendengaranya barusan.
“kubilang…aku
lapar…k..ka..kac…chan…”
Bisik yuri pelan. Ibunya
makin melotot. Sementara ryosuke hanya memandang yuri datar tanpa melepaskan
posisinya, ia tetap menopang dagu, meskipun berkali-kali hatinya menjerit
dengan heboh ‘yuri sadar! Akhirnya yuri sadar!!! Setelah bertahun-tahun! Yuri
sadaaarr!!!’ tapi sampai mati-pun ryosuke takkan mengekspresikan pikiranya itu
pada siapapun!!!!
“y…ya! Yu..yuri…kaachan baru
selasai memasak…ayo kita makan bersama-sama…”
Kata ibunya seraya
menghampiri yuri san menarik lembut pergelangan tangan yuri. Keajaiban kembali
muncul, yuri sama sekali tak menepis tangan wanita paruh baya itu. Ia hanya
menurut dan duduk di meja dengan manis walaupun tampak jelas ada kekakuan di
wajahnya.
sang ibu dan ryosuke mengambil makanan masing-masing,
begitu juga dengan yuri. Ryosuke hanya diam, tak mengatakan sepatah katapun.
“nee…bagaimana masakan ibu, yuri?”
Tanya sang ibu memcah
keheningan. Yuri menelan makananya sebentar…
“eun…o…oishii desu…(enak)”
Jawabnya kaku. Ibunya
tersenyum senang menyadari ternyata petir yang menggelegar hari ini telah
membawa berkah luar biasa untuknya. Ia mengelus kepala yuri dengan sayang,
lagi-lagi yuri tak menepis, ia tetap makan dengan santai, tak seperti ryosuke
yang sepertinya gelisah dan buru-buru menelan makananya.
“aku selesai…terima kasih
makananya, aku keatas!”
Ucap ryosuke cepat kemudian
berjalan menjauh menuju kamar. Dan yang paling menyakitkan hati ryosuke, ibunya
tak terlalu meggubris, wanita itu hanya mengangguk lembut kemudian
mengembalikan fokusnya pada yuri. Ryosuke melirik sebal, mungkin tepatnya
cemburu!
-[ryosuke’s room]-
Ryosuke menutup matanya.
Mendengarkan lagu, Ia membiarkan nada-nada manis yang lembut itu bermain di
dalam telinganya. Pikiranya kembali melayang pada kejadian lima tahun yang lalu…ketika ia sedang berada
di masa krisis-nya masa dimana ketakutanya memuncak. Gadis itu datang, berkata
bahwa sebentar lagi ia akan tenang dan berkata bahwa ia adalah pengeran es.
Dingin…mungkin seharusnya gadis itu mencabut kalimatnya, ryosuke tak lagi
sedingin dulu, gadis itu telah mencairkan es-nya dengan hangat yang ia miliki.
Dan untuk kedua kalinya, memori lain yang seharusnya tak
muncul kini juga ikut muncul…
‘dialah pembunuh ayahnya…ayah seorang yuri chinen….’
Tapi kemudian perasaan iri,
cemburu, kecewa,dan perasaan bersalah kembali menghantuinya, mengingat kejadian
bertahun-tahun yang lalu, hatinya perih…dan sekarang gadis itu! meskipun ia
belum bisa memastikan apa gadis itu benar-benar gadis yang selama ini
diinginkanya untuk bertemu.
Kini ryosuke memutuskan, ia akan mencari tahu tentang
gadis itu lebih banyak, sekedar unuk memastikan, apa benar ia gadis yang
dimaksud….
***
Langit tenang, hujan yang sejak malam mengguyur kota Tokyo
perlahan mulai berhenti, menyisakan aroma tanah dan genangan air dimana-mana.
Sepasang kaki pendek itu berjalan semangat. Menyusuri padatnya kota
Tokyo. Matanya
terus mencari-cari sesosok manusia yang telah membuat janji denganya. Nishiuchi
mariya….
Dan tak jauh dari posisi si pemilik kaki pendek tersebut,
ada lagi lelaki tampan yang dengan liar
mencari sosok yang mulai hilang ditengah keramaian. Ia terus mencari, bahkan
sesekali harus berjinjit untuk menemukan sosok yang dicarinya, sosok seorang
chinen yuri alias si pemilik sepasang kaki pendek. Sosok itu-yamada
ryosuke-orang yang telah bertekad, hari ini ia akan melihat langsung wajah
gadis yang membuatnya tak bisa tidur semalaman.
Langkah ryosuke terhenti,
saat yuri melambai pada seorang gadis yang tak jauh dari posisinya.
“ah! Mariya-chaannn!!!”
Panggil yuri diiringi dengan
senyuman. Gadis itu sadar dan segera berlari kecil menghampiri yuri.
“ah! Yu~ri-kun!”
Balas gadis itu manis,
ryosuke memperhatikan dengan teliti. Sama! Ia melihat persamaan disana! Rambut
gadis itu yang panjang dan tergerai lembut. Perlahan keyakinan ryosuke makin
membesar.
Kedua manusia itu berjalan beriringan menyusuri harajuku.
Sesekali mereka tertawa tanpa tau sepasang mata sedih sedang memperhatikan
mereka dengan teliti. Kali ini ryosuke tak dapat melihat lebih jelas sosok
bernama ‘mariya’ itu, suasanan terlalu ramai. Baiklah~ mungkin lain kali….
***
-[three week later]-
Taukah
kalian? Sudah berapa lama ryosuke mengikuti setiap gerak-gerik adiknya dan juga
mariya? Tiga minggu! Sungguh bukan waktu yang singkat! Selama itu juga, ryosuke
harus meredam rasa cemburu yang kian hari kian menjadi, melihat betapa dekat
yuri dengan mariya, meskipun ryosuke sadar, mariya belum tentu gadis yang dicarinya.
Tapi kenapa? Kenapa ryosuke selalu merasa hatinya sakit tiap melihat kedua
orang itu bertemu? Tertawa? Bercanda? Sekarang senyuman manis yuri-pun belum
memuaskanya…malah lebih menyakitinya? Kenapa sekarang ryosuke merasa lebih baik
melihat wajah yuri yang dingin saja? Jahat ya? Bagaimanapun, ryosuke tak pernah
bisa menipu dirinya sendiri…ketakutan kembali menjalar….makin hari, ia makin
menyukai mariya, meskipun hanya melihat dari jauh tak ubahnya teropong
pengintai yang hanya bisa melihat lihat dari balik lensa…ia takut, tak bisa
mengerem rasa sukanya pada mariya, terlebih andai semua dugaanya tentang mariya
benar, ryosuke tak siap…
***
Yuri membuka matanya lebar-lebar, diliriknya jam yang
masih menunjukkan pukul tiga malam, tanpa sadar, seulas senyum tercipta dengan
sendirinya, mengingat batapa senang hatinya saat berada di dekat mariya, meski
ia telah menjeritkan berkali-kali pada hatinya bahwa mariya lebih tua darinya!
LEBIH TUA DARINYA!!! Namun tetap saja, kalimat itu tak terlalu berpengaruh…
Saat sedang asyik tersenyum membayangkan mariya,
tiba-tiba pikiran lain menghampiri, pikiran yang sudah tiga minggu ini
mengganjal, tentang sikap ryosuke. Bukan sikap diam ryosuke, oke! Sikap itu
memang sedikit mengganggu dirinya! Sikapnya yang menyebalkan,dulu ryosuke
selalu memaksanya bicara saat ia tak ingin, selalu memaksanya menyebut kaachan
hingga yuri hampir habis kesabaran, skarang? Ryosuke selalu membuatnya berpikir
salah apa ia hingga ryosuke bisa bungkam begini. meskipun sekarang…yuri sudah
berubah, ia sudah menjadi lebih baik, tapi ia tak tau apa yang mendasari niat
kuatnya itu. Masa’ hanya dengan sekali berbincang serius dengan mariya, matanya
bisa terbuka? Ia kembali ingat kalimat mariya beberapa minggu lalu
“semua orang menyayangimu yuri…tak ada yang ingin
ayahmu pergi, mereka semua juga ingin bahagia, mereka sadar itu. Dan tentang
kakakmu, tidakkah kau mau menyebutnya nii-chan? Panggilan yang sangat manis
bukan? Kau tak mau mencobanya? Mendengar ceritamu…kurasa kakakmu orang yang
baik! Tanya pada hatimu sendiri, apa kau percaya kakakmu yang membunuh ayahmu?”
Dan, hanya kalimat itu!
HANYA dengan kalimat itu saja, dengan mudah yuri menyebut ‘kaachan’ dan makan
bersama dengan manis. Tapi kenapa sekarang giliran ryosuke yang bersikap dingin
padanya? Perlahan tapi pasti… yuri sadar, apa yang membuat kakaknya begini….
-[another side-ryosuke’s room]-
Mata ryosuke juga masih terbuka,
tak sedikitpun rasa kantuk menghinggapi dirinya. Seperti yang ia bilang tadi,
ia gelisah…ia ketakutan sekrang.
Saat sedang asik gelisah, pintunya terbuka, ibunya.
Wanita dengan tatapan penuh kasih sayang itu memasuki kamar ryosuke dengan
hati-hati.
“ryo-chan, belum tidur?”
Tanya ibunya lembut. Ryosuke
bangkit dan menggeleng.
“aku..belum mengantuk…ada
apa?”
Tanya ryosuke. Ibunya
tersenyum sebentar kemudian memasukki kamar ryosuke, ia duduk di samping
ryosuke dan membelai rambut anak kandung
nya.
“ryo-chan, kau tau tidak
siapa gadis yang disukai yuri?”
Tanya sang ibu. Ryosuke
lagi-lagi bungkam. Ibunya mmebicarakan
yuri lagi. Jujru saja, topic tentang yuri semacam inilah yang membuat
ryosuke merasa jenuh tiap kali mendengarnya. Tapi kali ini dia tak bisa protes
lantaran yang membicarakanya adalah sang ibu.
“ke..kenapa kaachan bertanya
hal semacam itu?”
Tanya ryosuke.
“kenapa ya? Tadi yuri
berkata ia sudah bertemu gadis yang manis, mungkin saja kau kenal dengan gadis
yang dibilangnya manis itu kan?”
“ah! Ba…bagaimaa mungkin?
Memang siapa nama gadis itu?”
“ehmm…ibu sedikit
lupa…mungkin mariya-mariya begitu!”
GLEK!
Seraja ribuan jarum menusuk
sekujur tubuh ryosuke. Sekarang bukan hanya perasaanya saja yang sakit, tapi
kepalanya, seluruh tubuhnya, bahkan otaknya mungkin saja juga ikut sakit. Ryosuke
terdiam cukup lama, sangat sulit baginya untuk tersenyum. Ia hanya menggeleng dengan
tatapan kosong
“tidak…aku tak pernah
dengar….”
Gumam ryosuke lirih. Seakan
melihat perubahan dalam wajah putranya, sang ibu mengelus pelan kepala ryosuke
dn menyuruh anak sulungnya itu untuk tidur, tak lama kemudian, wanita itu sudah
pergi dari kamar ryosuke…meninggalkan seberkas luka kecil yang bisa saja
membesar dalam hati ryosuke.
Ryosuke merebahkan dirinya, menatap langit-langit kamar
yang tinggi. Namun kemudian, semuanya tampak buram…beberapa tetes air
menggenangi matanya yang kecoklatan.
“apa yang kupikirkan? Kenapa aku menangis? Bagus kan, jika yuri bersama
mariya? Bukankah itu artinya yuri akan berubah menjadi lebih baik? Kenapa aku
begitu sakit saat memikirkanya? Mariya itu memang seharusnya milik
yuri….sekalipun mariya adalah gadis di masa laluku….”
***
Ryosuke memasukkan makanan ke dalam mulutnya pagi ini,
senyumanya mengembang. Tampak bahwa ryosuke sedang senang pagi ini…mungkin….
“ohayou…”
Suara cempreng seorang yuri
membahana ke seluruh penjuru ruang makan, tak jauh berbeda dengan ryosuke, yuri
juga terlihat senang pagi ini.
“wah, anak-anak ibu hari ini
senang sekali sepertinya!”
Kata ibunya, entah tertular
atau apa, ibunya juga ikut tersenyum senang.
“nee, kaachan benar! Hari
ini ulang tahunku kan?
Yuto mengajakku jalan-jalan!”
Kata ryosuke riang. Ibunya
dan yuri terdiam. Mereka hampir lupa, ryosuke ulang tahun hari ini! Ternyata
perubahan yuri yang sangat besar itu telah membuat mereka lupa bahwa hari ini
ryosuke berulang tahun. Ryosuke mencibir, kesal karena merasa ulang tahunya terabaikan.
“ah! Kaachan tidak akan lupa
dong! Ryosuke kan
anak kaachan..”
Tawa sang ibu. Yuri dan
ryosuke tau, ibunya pasti baru saja ingat! Tapi itu tak terlalu berpengaruh
untuk ryosuke.
“kalau aku, aku akan
menyatakan perasaanku pada MARIYA-chan hari ini!”
Kata yuuri dengan penekanan
dalam kata mariya. Ryosuke menghentikan senyumanya. Makananya tak bisa masuk ke
tenggorokan, hatinya seperti merasa tertusuk! Bukan ribuan jarum…kali ini hanya
satu, tapi teramat sangat besar! Cukup! Ryosuke tak mau menangis dihadapan
ibunya atau siapapun! Ia lebih memilih pergi dari sana dan bergegas berangkat ke sekolah…
From:
yuri-cHii@yahoo.co.jp
Mari-chan, ada yang ingin ku bicarakan, tolong temui
iaku di taman sakura sepulang sekolah J
Yuri menghela nafas setelah
keberangkatan ryosuke.
ia tersenyum tipis, bukan! Kali ini bukan senyum
kebahagiaan, senyuman yang dilontarkanya seakan berkata ‘selamat tinggal’
***
“yo! Ryo! Kau kenapa? Aku sudah mengajakmu jalan-jalan
kau malah kusut begini!”
Ujar sosok berpostur tegap
dan tinggi bermarga nakajima itu. Ia meninju bahu ryosuke yang sedang melamun.
“eh> go…gomen…bagaimana
kalau kita ke taman saja?”
Pinta ryosuke setelah sadar
dari lamunanya. Yuto menghela nafas perlahan, kesal! Sejak tadi ia bebicara
panjang lebar, menawari makanan, dan mengajak ryosuke bermain, tapi jawabanya?
Hanya ‘hm’ atau ‘ya’ atau ‘terserah padamu’ bagaimana ia tak kesal? Oke,
sekarang berhubung ryosuke sedang berulang tahun, mungkin bagus juga kalau ia
menuruti mahkluk mengesalkan ini!
-[sakura park]-
Mereka berdua pergi ke taman sakura. Terlihat disana yuto
dengan wajah ‘kita-tidak-punya-kerjaan-ya-disini’-nya hanya diam, sementara
ryosuke dengan wajah ‘aku-akan-mati-disini-saja-ah’-nya yang sangat
menjengkelkan juga diam sambil berjalan di samping yuto. Tak lama, sepasang
onyx milik ryosuke menangkap kedua sosok lain di hadapanya. Matanya sontak
melebar.
Disana ada yuri- dan dengan siapa lagi lelaki cebol itu
jika bukan bersama mariya? Mereka berdiri berhadapan, dengan tangan yuri yang
mengepal kuat dan mariya sang menatap keheranan. Ryosuke memang hanya bisa
sedikit mendengar, tapi ia tau kemana arah cerita yang terpajang di hadapanya.
“mariya-chan….daisuki….”
Glek!
Apa kubilang? Ini memang
cerita picisan yang mungkin sudah pernah didengar sekian banyak orang. Beberapa
dari mereka mungkin saja berkomentar bahwa adegan tadi manis sekali. Tapi
berbeda dengan ryosuke. Baginya itu sama saja dengan melihat pembunuhan di
depan matanya. Ryosuke berlari-meninggalakan yuto yang baru sadar bahwa di
taman yang sama ada yuri.
Jangan kira ryosuke menangis! Ia sudah meneriakkan untuk
tidak menangis karena kejadian itu, ia sudah mempersiapkanya dari semalam! Tapi
kenapa tetap saja, ia takut?…takut jika
seandainya ia tak bisa menerima kebahagiaan yuri…..
-another side [yuri & mariya’s place]-
“mariya-chan, daisuki…”
“eh? Kau…kau bilang apa?”
“daisuki…”
“tapi kau….”
“tak apa, tak usah
dijawab…mariya-chan, sekali ini…kumohon dengarkan aku sekali ini saja…”
Pinta yuri, ia menundukkan
kepalanya dalam-dalam, membuat mariya bingung setngah mati dubuatnya.
“doushita yuri-kun?(ada apa
yuri?)”
Yuri masih tak bergeming…tak
lama kemudian, ia mengangkat wajahnya dengan tegas dan tersenyum ceria kearah
mariya.
“tapi….ada yang menyukaimu
lebih dariku….pangeran es….”
Mata mariya sontak melebar.
Mengingat kembali pertemuanya dengan anak lelaki berkulit dingin lima tahun
yang lalu…
“dare(siapa)?”
Yuri kembali mengembangkan
senyumanya…
“ryosuke yamada…”
“eh? Itu…kakakmu kan?”
“ya! Dan dia menyukaimu…aku
hanya menyampaikan perasaan sukanya saja! Ah! Ja! Aku pergi dulu! Kau tunggu
disini, aku akan memanggilkanya…”
“tapi…yuri-kun!!”
Terlambat…percakapan itu
mengakhiri pertayaan besar yang ada di kepala mariya, pangeran es sebenarnya,
ryosuke? Orang yang selalu yuri bicarakan dimanapun dan kapanpun…
Sementara itu, yuri berlari. Dia melihat ryosuke tadi,
sengaja tak dipanggilnya karena ia ingin menjelaskan pada mariya bahwa pangeran
es-nya adalah ryosuke- bukan dirinya- meskipun pernyataan yang terlontar itu
beribu-ribu lebih sakit dari sakit saat ryosuke mendiamkanya, tapi biarlah…ia
ingin menebus semua kesalahanya, ia ingin melihat ryosuke bahagia..
“HEI!!!”
Pekik yuri saat melihat
sosok yang sedang memunggunginya. Sosok itu menoleh, mempertunjukkan wajah
rupawanya yang terlihat datar.
“tidak usah sok kuat begitu!
Mariya-chan mencarimu tuh!”
Kata yuri dingin. Ryosuke
terbelalak, nyaris saja ia membanting dirinya ke tanah saking terkejutnya.
Kenapa? Bukankan ia dan mariya tak saling kenal? Kenapa mariya mencarinya?
“kenapa…dia pacarmu kan?”
Kata ryoske berusaha
menenangkan diri. Yuri tersenyum sinis.
“siapa bilang? Aku hanya
berkata bahwa kau menyukainya kok!”
Jawab yuri enteng. Bertolak
belakang dengan ryosuke yang terlihat makin terkejut.
“hei! Jangan bicara
sembarangan!!!”
Perintah ryosuke dengan
wajah memerah. Ia tak ingin yuri sakit hati, ia sudah ikhlas memberikan mariya
pada adiknya yang satu ini.
“tapi dia menyukaimu juga,
bagaimana?”
“kau…”
“cerewet! Cepat! Kau mau dia
menunggu lama?”
“tapi…”
“HAYAKU!!(cepat)”
Ryosuke menelan ludah, apa
maksud yuri? Apa yuri mau menjebaknya? Atau yuri sedang merencanakan sesuatu
yang berada di luar nalarnya? Ryosuke hanya mengangguk, kemudian berjalan
gontai melewati yuri.
“ganbatte nee, nii-chan…(berjuanglah kak!).”
Bisik yuri pelan saat
ryosuke melewatinya. Ryosuke berhenti bergerak, sekujur tubuhnya membeku saat
mendengar kalimat itu keluar langsung dari mulut seoang yuri chinen.
“apa?”
Tanya ryosuke ragu. Yuri
kembali menampakkan senyumanya-kali ini lebih lembut-
“iie…hayaku na, nii-chan…”
Ucap yuri, ryosuke masih
membatu namun kemudian tersenyum karena akhrnya ia mengerti, apa yang
dipikirkan yuri. Meskipun sedikit sesak rasanya karena mengingat berarti yuri
merelakan mariya untuknya. Tapi biarlah, ia ingin mencoba egois sedikit, toh
yuri yang merelakanya…ryosuke berjanji, akan membalas berpuluh-puluh kali
lipat!
“arigatou…(terimakasih)”
Ryosuke berlalu. Meninggalkan
yuri yang terdiam tak bergerak di posisisnya. Tanganya mengepal kuat.
“mendapatkan kasih sayangmu
saja…sudah lebih dari cukup….”
***
“mariya…hai, aku ryosuke…”
“kau…ryosuke yamada? Kakak
yuri?”
“ya…dan kau melupakan satu
julukan…pangeran es…”
Mariya terbelalak,
memandangi ryosuke dai atas sampai bawah, semuanya masih sama..rambutnya yang
kecoklatan, matanya yang bulat dan juga kecoklatan, pipinya yang
tembam…semuanya! Sama seperti lima tahun yang lalu…
Gadis itu tersenyum lembut, kemudian mengulurkan tanganya
“aku nishiuchi mariya….ayo
berkenalan dari awal….”
***
-[epilog]-
Yuri menatap pemandangan kota Tokyo yang ada di
bawahnya…
Apa? Dibawah?
Ya! Yuri sekarang berada di atap sebuah gedung
pencakar langit yang terlaak di pusat kota Tokyo. Cairan bening menghiasi
matanya yang jernih…menangis…itulah yang dilakukanya sebelum mengakhri semua
ini…tak lama, ia menghapus cairanyang lazimnya disebut ‘air mata’ itu, kemudian
tersenyum pilu sambil terus menatap pemandangan yang ada di bawahnya.
“nii-chan….tanjoubi…omedetou….”
Yuri menghempaskan tubuhnya, meskipun demi tuhan!
seluruh rasa takut yang ada di dunia ini sekarang bersarang di dadanya. Ia
menangis, mungkin air mata itu yang mengiringinya hingga akhir…
Tubuh meungilnya terhempas bebas. Siap menghantam
tanah, dan saat itu terjadi…maka semua akan selesai, seluruh penderitaanya,
seluruh perasaan bertepuk sebelah tangan-nya,dan seluruh kebahagiaanya yang
baru saja dimulai….ia memejamkan mata, tapi air mata itu tetap merembes keluar.
Meskipun takut, ia harus siap…ini hadiah ulang tahun untuk kakaknya, sebagai
tanda permintaan maafnya untuk ryosuke….
“aku menyayangi kalian
ryosuke-niichan…..mariya-chan….
Dan semua ini adalah akhir baginya……
………tapi bukan bagi ryosuke
kan?........
-[owari]-
Eeehhhh????
Kok jadi begini????
Biarin
ah! Masa bodo! Yang penting udah ngirim! Masa mau bikin ulang! Err…dan ingat!
Ini pemeran utamanya yama-chan lhoo~ bukan mariya atau chinen, POKOKNYA pemeran
utama adalah YAMADA RYOSUKE!!! *fiyuh~*
Anoo…arigaCHU
buat semua yang udah bantu<3 –lia-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar