Sabtu, 05 Mei 2012

hey say jump Fanfiction- the story between us




Title : the story between us
Categories: FanFiction –OneShot
Genre: romance, family
Rating: G
Theme song: SHINKU- hey!say!JUMP
AuthoR: aulia wahyu timorani a.k.a Lia_JUMP
Address: JL. Moh.hatta no. 64, baturaja, Sumatera Selatan
Phone number: 082184881753
Age: 13 
Reason: ingin menang! ^_^, pengen ikut merayakan ultah yama-chan<3
Cast:   1.yamada ryosuke
            2.mariya nishiuchi,
            3.chinen yuri
Synopsis: ryosuke bingung, dia menyayangi adiknya, tapi juga mencintai masa lalunya. Saat harus memilih, pasti ada yang harus dikorbankanya….
.
.
.
.
            Anak lelaki itu tak kunjung berhenti menangis, meskipun angin yang tadinya lembut menerpa rambutnya kini telah berubah menjadi angin cukup kencang yang kapan saja siap menerbangkan tubuhnya, ia tak peduli. Yang ada di pikiranya sekarang adalah menangis, menangis, dan menangis, meskipun berkali-kali ia menguatkan diri sendiri untuk tidak menangis, air mata itu seakan tak mengerti, mereka tetap keluar, bahkan semakin lama semakin deras.
            Tiba-tiba anak lelaki itu merasakan seseorang yang menempat posisi kosong di sampingnya, meskipun anak itu tak melihat, ia bisa tau bahwa sosok itu adalah seorang gadis.
“ne, kenapa kau diluar? Angin sangat kencang disini…”
Kata gadis manis berambut panjang itu, si anak lelaki terdiam sebentar sebelum akhirnya menggeleng
“tidak….aku takut…takut sekali….dia mengerikan…aku takut…”
Gummam si anak lelaki tanpa menghentikan tangisnya. Gadis itu mengulurkan tangan dan melingkarkanya pada bahu si anak lelaki yang bergetar.
“daijobu…aku sudah memelukmu….sebentar lagi kau pasti tenang….”
Kata gadis itu, si anak lelaki terdiam, mencoba merasakan hangatnya pelukan gadis yang kini tengah mendekapnya. Gadis itu seolah memusnahkan seluruh dingin yang sejak tadi menghinggapi seluruh hatinya. Hangat….benar-benar hangat….
“dasar, kau seperti pangeran es…dingin sekali…”
Ungkap gadis manis itu, ryosuke tak merespon, masih terlena oleh hangatnya pelukan gadis kecil itu…
                                                                      ***
            Jarum jam yang runcing menunjuk pukul tujuh pagi. Sepasang mata seorang yamada ryosuke terbuka begitu saja ketika terdengat suara weker yang sangat memekakkan telinga. Dengan malas ia segera bangkit dan berjalan malas menuju kamar mandi.
“ah! Ohayou!”
Sapa ryosuke pada siapa saja yang ada di meja makan. Seorang wanita yang lazimnya disebut ibu oleh ryosuke tersenyum dan membalas sapaan ryosuke. 
“ah! Ohayou ryo-chan…ayo makan!”
Kata wanita berusia sekitar 40-an itu. Ryosuke tersenyum dan mulai mengambil tempat di samping adiknya yang sedari tadi tak mengeluarkan sedikit-pun suara yang berarti—kecuali suara sumpit yang beradu dengan permukaan mangkuk makananya. Ryosuke melirik sejenak adiknya, ia hanya makan dengan tenang dan berdiri setelah ryosuke duduk.
“eh?”
“ittekumasu..”
Kata adiknya datar sembari merenggut tas dan berjalan keluar rumah. Ryosuke dan ibunya mendesah lemah, adiknya-chinen yuri-orang yang seharusnya memanggilnya ‘kakak’ malah bersikap dingin seperti itu, ryosuke sadar, semua salahnya! Sebenarnya yuri bukan adik kandung ryosuke, ibunya dan ayah yuri menikah setelah ibu yuri meninggal, tapi lima tahun yang lalu ryosuke dan ayahnya-ah! Ayah mereka kecelakaan, hingga menyebabkan pria bernama chinen takashiro itu meninggal dunia. Tak heran kan? Yuri selalu mencelanya dan tak sekalipun menyebut namanya-apalagi mengakuinya sebaga seorang ‘kakak’ namun entah kenapa, hingga detik inipun ryosuke tak kunjung mau menerimanya….
                                                                     ***
            Disana, tak jauh dari yujiro gakuen-tempat sekolah mereka berdirilah dua orang manusia. Yuri dan seorang gadis yang kelihatanya baru ditabrak atau mungkin menabraknya. Yuri tertunduk meminta maaf pada gadis yang tingginya hampir sama denganya itu. Gadis itu hanya tersenyum dan memungut buku yang tadi terjatuh.

“su..sumimasen…”

Ucap yuri sekali lagi. Namun gadis itu malah tertawa kencang

“hahahaha!! Kenapa kau mengulang kalimatmu terus? Aku mengerti kok!”

Tawa gadis itu. Yuri terpana sejenak, senyuman gadis ini benar-benar manis! Tapi ia tersadar dari keterkagumanya setelah melihat pakaian apa yang dikenakan gadis manis itu, seragam sma yujiro, itu artinya gadis ini berusia diatasnya! Yuri sedikit kecewa. ia tak boleh macam-macam berarti, bisa-bisa ia dihajar oleh kakak kelasnya!

“ee..soukka(begitu), tapi sekali lagi…hontou ni gomenasai!(benar-benar minta maaf)”

Kata yuri. Gadis itu menghantikan sisa-sisa tawanya.

“nee, daijobu…(tenang saja)…kenapa kau sangat buru-buru?”

Tanya gadis itu lembut. Yuri menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“ano…aku lupa membawa lem, jadi aku bermaksud membelinya di depan”

Balas yuri malu-malu. Tawa gadis itu kembali meledak

“ahahahaha!! Ahaha…kau…melupakan lem? Tak apa, ah! Pakai milikku saja!”

Kata gadis itu seraya merogoh tasnya dan mengeluarkan lem kertas berwarna pink. Yuri menatap gadis didepanya-sudah manis, baik pula- pikirnya…dengan ragu, yuri meraih lem kertas itu

“demo, hontou ni daijobu?(tapi, benar tak apa?)”

Tanya yuri ragu. Gadis itu tersnyum lembut, membuat yuri terdiam karena merasa déjà vu dengan senyuman manis itu. Tapi tak lama kemudian ia menggelengkan kepalanya pelan berusaha menyingkirkan pikiran anehnya tersebut.

“ah! Ka..kalau begitu..arigatou senpai….”

Kata yuri. Gadis itu terbelalak.

“eh? Senpai-(senior)-ah! Kau smp ya? Oh…maaf…aku agak shock! Hehehe”

Tawa gadis itu, sepertinya gadis itu menertawai dirnya sendiri. Yuri ikut tertawa kecil.
“ja, jadi pada siapa aku harus mengembalikanya?”

Tanya yuri lagi.

“padaku lah~”

“siapa?”

“aku! Oh! Ya! Namaku mariya! Nishiuchi mariya!”

“hai, nishiuchi senpai!”

“eh? Pa…panggil saja aku mariya! Kau membuatku terlihat tua!”

Kata gadis yang ternyata bernama mariya itu. Yuri tersenyum ‘nama yang manis’ tak lama kemudian, bel tandan masuk berbunyi, yuri memacu kakinya lebih cepat agar sampai ke kelas tepat waktu, dalam hati ia bersyukur, telah bertemu gadis manis itu.

                                                                 ***

            “ryosuke, hari ini ada pertandingan bola, adikmu kapten kan?”

Tanya nakajima yuto. Ryosuke menjawab tanpa mengangkat kepalanya yang sejak tadi disembunyikan dalam lipatan tanganya. Ryosuke melengos pasrah, seakan tak punya cukup kekuatan bahkan hanya untuk bernafas sepuluh kali.

“kau ini, seperti orang apa saja! Seperti orang yang terlalu lesu untuk bernafas”

Protes yuto. Ryosuke kembali bernafas berat.
“baiklah apa maumu?”

Tanya ryosuke, yuto terdiam sebentar.

“berhentilah bernafas kalau memang berat!”

“heh, kau mau aku mati? Baiklah~ kalau itu juga, mungkin lebih baik….”

Jawab ryosuke diluar dugaan. Yuto tercenung, ternyata kondisi ryosuke sekarang jauh lebih buruk dari yang dipikirkanya. Tak salah lagi! Dan yuto-pun sudah bisa menebak apa yang menjadi akar dari masalah ryosuke kali ini.

“yuri lagi ya?”

Tanya yuto. Lelaki jangkung itu mengecilkan volume suaranya. Ia mengambil tempat di samping ryosuke yang sedang kosong.

“nee. Ryosuke?”

“hai’ lagi-lagi kau benar!”

“apa lagi kali ini?”

“seperti biasa kan? Dia mengacuhkanku…..dan ibuku…ah! Ibu kami!”

“jadi…ryo, mungkin dia hanya butuh waktu…”

“tapi kenapa selama ini yuto? Apa ini tak aneh? Aku sudah lelah! Cukup sudah rasa bencinya!”

“tapi kau tak pernah berusaha bicara padanya kan?”

“kau tak tau? Aku baru bilang hai saja dia langsung kabur! Dia tak pernah menyebutku dengan kak! Tak pernah menyebut kaachan dengan kaachan! Kau harusnya juga memikirkan seperti apa perasaan kaachan!”

Tanpa sadar, ryosuke mengeluarkan hampir seluruh emosinya. Andai dia tak ingat bahwa yuto adalah sahabatnya, ia pasti sudah menghajar yuto dan mengoyaknya hingga jadi potongan kecil! Tidak, tapi ryosuke takkan melakukan itu- ia sama sekali tak gila kok!

            Dengan pikiran yang lebih kusut dari sebelumnya, ryosuke menghentakkan kaki dan keluar kelas, tak ada tujuan, hanya berjalan dengan berbagai perasaan yang kapan saja bisa berubah…seperti saat ini, ia menghentikan langkah kakinya, sepasang mata gelapnya terkunci pada sosok itu, sosok yang sedang tersenyum didepan seorang gadis sambil menyodorkan sebuah benda kecil berwarna merah jambu. Siapa lagi? Siapa lagi kalau bukan orang yang selalu membuat pikiranya kusut, membuat hatinya mencelos, dan membuat emosinya terkuras? Ya! Chinen yuri…

“apa yang dilakukan bocah itu?”

Gumam ryosuke pelan, sangat pelan tak berharap seseorang akan mendengarnya. Kemudian, mata ryosuke melebar, mendapati seulas senyum lebar yang tulus dari seorang chinen yuri, senyuman yuri yang sudah tak ditemuinya lagi lima tahun terakhir, senyuman yang teramat sangat dirindukanya, senyuman adik kecilnya…tapi kenapa? Kenapa senyum itu malah diberikan utuk orang lain? Bukan untuk dirinya? Kenapa untuk orang lain? Sekarang ryosuke sadar, senyuman yuri itu mungkin akan terlihat jutaan kali lebih manis andai saja senyuman itu adalah senyuman untuknya…

“arigatou na, senpai…(terimakasih senpai)”

“un! Daijobu! Ah! Namamu chinen yuri kan?”

“eh? Darimana senpai tau?”

“itu, name-tag-mu! Hahaha!”

Ryosuke makin terpana, adiknya benar-benar manis sekarang! Percakapan singkat itu membuat ryosuke tak berkutik seketika. Siapa gadis itu? Gadis yang bisa membuat seorang chinen yuri tersenyum, ah! Bahkan tertawa? Siapa? Beribu Tanya menghujam pikiran ryosuke. Kakinya enggan untuk menghampiri kedua eksistensi yang sedang berbicara seru itu, ia takut….takut jika dia datang maka ia akan kehilangan senyuman yuri itu, hatinya sedikit tak rela.
            Setelah puas, ryosuke manarik nafas, mencoba menenangkan diri dan berusaha mengingat-ingat wajah gadis itu. Setelah itu ia pergi, pergi menjauh sejauh yang ia bisa….
                                                                     ***
            “nee, yuri….apa yang kau lakukan di gedung sma?”

Tanya ryosuke ketika ia berhasil mencegat yuri yang bersiap meninggalkan gedung sma yujiro. Yuri menatapnya kesal, tanpa mempedulikan kalimat ryosuke, yuri hanya memutar arahnya mencoba menghindar.

“kau tak bisa pergi sebelum menjawab, ini wilayah sma, wilayahku…kau tak bisa semena-mena”

Kata ryosuke memperingatkan. Yuri terhenti, nampaknya kalimat sanga kakak barusan sedikit menarik perhatianya.

“ohya? Betapa terkejutnya aku….”

Ucap yuri sedatar mungkin, walaupun dalam hatinya ia mengumpat.

“CUKUP YURI!!! Aku ingin bicara dengamu!!”

Pekik ryosuke tanpa sadar, emosinya telah memuncak.

“apa hak-mu hah? Siapa kau? Kau itu SAMA SEKALI tak ada urusan denganku!!”

“ADA!! MASALAHKU BANYAK SEKALI DENGANMU!!!”

“BANYAK?? SATU-SATUNYA MASALAHMU ADALAH, KAU MEMBUNUH TOUCHAN!!!”

            Ryosuke terenyak, kalimat yuri tadi langsung menyelusup melalui cela hatinya. Cukup sudah! Ia tak ingin mendengat tuduhan macam ini! Ia tau ia salah! Tapi bukan berarti dia tak pantas lagi mendapat penghormatan bahkan kasih sayang dari adiknya sendiri. Apa? Adiknya sendiri?. Sisi lain diri ryosuke seakan menyadarkan sesuatu, yuri bukan miliknya! Ia hanya kakak tiri yang tak memiliki hubungan darah. Yuri bukanlah adik kandungnya. Tapi ryosuke sangat ingin…yuri menjadi adik kandung yang mencintainya serta ibunya…andai saja.

            Mata ryosuke makin melotot saat melihat tetesan air yang meluncur di pipi yuri, tetesan bening. Sama sekali tak ada isakan. Ryosuke tau betul, air mata itu adalah air mata pertama semenjak lima tahun yuri tak menunjukan air mata itu. Hati ryosuke bertambah sakit.

“gomen….”

Gumamnya. Dan satu kalimat itu malah membuat yuri meninggalkanya entah kemana. Tak ingin yuri hilang dari pengelihatanya, ryosuke mengejar. Hingga mereka sampai di atap sekolah. Yuri ada disana! Menenggelamkan wajahnya diantara lutut. Ia menangis, dan kali ini ada isakkan.
            Sebelum ryosuke mendekat, eksistensi lain sudah mendahuluinya. Menatap yuri dengan heran, dan bertanya dengan wajah khawatir. Gadis itu…gadis yang tadi menciptakan senyuman di bibir yuri.

“yuri-kun…daijobu?(kau baik-baik saja?)”

Tanya gadis itu. Yuri menggeleng lemah, ryosuke menebak mungkin saja yuri sudah tau siapa yang mendatanginya dan melontarkan pertanyaan yang sangat lembut begitu.

“i..iie…tapi…aku…takut…”

Gumam yuri. Perama kalinya ryosuke mendengar ungkapan hati yang keluar langusng dari mulut yuri. Dan kini ryosuke makin penasaran pada gadis yang ada bersama yuri itu. Gadis yang telah menciptakan berbagai perubahan luar biasa bagi yuri.

            Gadis itu mengambil posisi di samping yuri. Pelan, kemudian mengulurkan tanganya dan melingkarkannya pada bahu yuri yang bergetar. Baik ryosuke maupun yuri sama-sama terkejut, yuri terkejut karena mendapati gadis manis itu kini memeluknya. Tapi ryosuke? Lelaki berwajah rupawan itu terkejut karena merasa pernah melihat kejadian itu sebelumnya. Namun dari sudut pandang yang berbeda.

“daijobu…aku sudah memelukmu…sebentar lagi kau pasti tenang….”

Ryosuke kian terkejut dengan peristiwa yang berjalan dangat cepat melewati pikiran dang telinganya.

“dasar…kau dingin sekali, seperti pangeran es…”

Kini ryosuke tak dapat lagi meredam keterkejutanya. Gadis ini istimewa, ia tau itu! Kalimatnya, cara memeluknya…ryosuke ingat semua itu. Seolah memorinya dimasa lalu kembali.
‘aku pernah melihat gadis itu, aku pernah merasakan hal yang sama….kenapa saat itu gadis itu datang?’ jawabanya adalah…’karena aku takut yuri membenciku, dan saat itu dia datang…’ lalu,kenapa yuri membencimu? ‘karena aku membunuh touchan, bukan! Tapi touchan-nya…’
Tak urung, memori yang tak ingin diingat ryosuke itu muncul ketika remaja 16 tahun itu berusaha membangkitkan memorinya tentang gadis yang muncul lima tahun lalu dalam hidupnya. Tapi kenapa? Kenapa sekarang ia harus melihat dari sudut pandang berbada kali ini? Kenapa bukan dirinya yang kini berada di dalam hangatnya pelukan gadis itu? Iri…dia hanya iri…
                                                                        ***
            Ryosuke menopang dagunya diatas meja makan, menunggu sang ibu selesai memasak didapur. Jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan gelisah, yuri tak juga pulang. Padahal petir tanda hujan akan mulai meghujam kota Tokyo sebentar lagi sudah mulai terdengar. Tiba-tiba pintu rumah terbuka, seorang chinnen yuri berdiri disana dengan wajahnya yang tak bisa diartikan begitu saja.
            Sang ibu yang baru selesai berkutat dengan masakanya langsung memandang putra bungsunya yang kini telah menatap ryosuke dan dirinya dengan tatapan aneh, dia hanya diam sebelum akhirnya membuka mulut.

“aku…lapar…”

Gumam yuri, semuanya terdiam…masih shock dengan kalimat yuri barusan. Kalian tau? Ini pertama kalinya yuri mengucapkan hal semacam itu. Ibunya menlongo, masih tak percaya dengan pendengaranya barusan.

“kubilang…aku lapar…k..ka..kac…chan…”

Bisik yuri pelan. Ibunya makin melotot. Sementara ryosuke hanya memandang yuri datar tanpa melepaskan posisinya, ia tetap menopang dagu, meskipun berkali-kali hatinya menjerit dengan heboh ‘yuri sadar! Akhirnya yuri sadar!!! Setelah bertahun-tahun! Yuri sadaaarr!!!’ tapi sampai mati-pun ryosuke takkan mengekspresikan pikiranya itu pada siapapun!!!!

“y…ya! Yu..yuri…kaachan baru selasai memasak…ayo kita makan bersama-sama…”

Kata ibunya seraya menghampiri yuri san menarik lembut pergelangan tangan yuri. Keajaiban kembali muncul, yuri sama sekali tak menepis tangan wanita paruh baya itu. Ia hanya menurut dan duduk di meja dengan manis walaupun tampak jelas ada kekakuan di wajahnya.
            
 sang ibu dan ryosuke mengambil makanan masing-masing, begitu juga dengan yuri. Ryosuke hanya diam, tak mengatakan sepatah katapun. 

“nee…bagaimana masakan ibu, yuri?”

Tanya sang ibu memcah keheningan. Yuri menelan makananya sebentar…

“eun…o…oishii desu…(enak)”
Jawabnya kaku. Ibunya tersenyum senang menyadari ternyata petir yang menggelegar hari ini telah membawa berkah luar biasa untuknya. Ia mengelus kepala yuri dengan sayang, lagi-lagi yuri tak menepis, ia tetap makan dengan santai, tak seperti ryosuke yang sepertinya gelisah dan buru-buru menelan makananya.

“aku selesai…terima kasih makananya, aku keatas!”

Ucap ryosuke cepat kemudian berjalan menjauh menuju kamar. Dan yang paling menyakitkan hati ryosuke, ibunya tak terlalu meggubris, wanita itu hanya mengangguk lembut kemudian mengembalikan fokusnya pada yuri. Ryosuke melirik sebal, mungkin tepatnya cemburu!

            -[ryosuke’s room]-

Ryosuke menutup matanya. Mendengarkan lagu, Ia membiarkan nada-nada manis yang lembut itu bermain di dalam telinganya. Pikiranya kembali melayang pada kejadian lima tahun yang lalu…ketika ia sedang berada di masa krisis-nya masa dimana ketakutanya memuncak. Gadis itu datang, berkata bahwa sebentar lagi ia akan tenang dan berkata bahwa ia adalah pengeran es. Dingin…mungkin seharusnya gadis itu mencabut kalimatnya, ryosuke tak lagi sedingin dulu, gadis itu telah mencairkan es-nya dengan hangat yang ia miliki.

            Dan untuk kedua kalinya, memori lain yang seharusnya tak muncul kini juga ikut muncul…

dialah pembunuh ayahnya…ayah seorang yuri chinen….’

Tapi kemudian perasaan iri, cemburu, kecewa,dan perasaan bersalah kembali menghantuinya, mengingat kejadian bertahun-tahun yang lalu, hatinya perih…dan sekarang gadis itu! meskipun ia belum bisa memastikan apa gadis itu benar-benar gadis yang selama ini diinginkanya untuk bertemu.
            Kini ryosuke memutuskan, ia akan mencari tahu tentang gadis itu lebih banyak, sekedar unuk memastikan, apa benar ia gadis yang dimaksud….
                                                                     ***
            Langit tenang, hujan yang sejak malam mengguyur kota Tokyo perlahan mulai berhenti, menyisakan aroma tanah dan genangan air dimana-mana. Sepasang kaki pendek itu berjalan semangat. Menyusuri padatnya kota Tokyo. Matanya terus mencari-cari sesosok manusia yang telah membuat janji denganya. Nishiuchi mariya….
            Dan tak jauh dari posisi si pemilik kaki pendek tersebut, ada lagi  lelaki tampan yang dengan liar mencari sosok yang mulai hilang ditengah keramaian. Ia terus mencari, bahkan sesekali harus berjinjit untuk menemukan sosok yang dicarinya, sosok seorang chinen yuri alias si pemilik sepasang kaki pendek. Sosok itu-yamada ryosuke-orang yang telah bertekad, hari ini ia akan melihat langsung wajah gadis yang membuatnya tak bisa tidur semalaman.
Langkah ryosuke terhenti, saat yuri melambai pada seorang gadis yang tak jauh dari posisinya.

“ah! Mariya-chaannn!!!”

Panggil yuri diiringi dengan senyuman. Gadis itu sadar dan segera berlari kecil menghampiri yuri.

“ah! Yu~ri-kun!” 

Balas gadis itu manis, ryosuke memperhatikan dengan teliti. Sama! Ia melihat persamaan disana! Rambut gadis itu yang panjang dan tergerai lembut. Perlahan keyakinan ryosuke makin membesar.
            Kedua manusia itu berjalan beriringan menyusuri harajuku. Sesekali mereka tertawa tanpa tau sepasang mata sedih sedang memperhatikan mereka dengan teliti. Kali ini ryosuke tak dapat melihat lebih jelas sosok bernama ‘mariya’ itu, suasanan terlalu ramai. Baiklah~ mungkin lain kali….
                                                                                    ***
           
-[three week later]-
Taukah kalian? Sudah berapa lama ryosuke mengikuti setiap gerak-gerik adiknya dan juga mariya? Tiga minggu! Sungguh bukan waktu yang singkat! Selama itu juga, ryosuke harus meredam rasa cemburu yang kian hari kian menjadi, melihat betapa dekat yuri dengan mariya, meskipun ryosuke sadar, mariya belum tentu gadis yang dicarinya. Tapi kenapa? Kenapa ryosuke selalu merasa hatinya sakit tiap melihat kedua orang itu bertemu? Tertawa? Bercanda? Sekarang senyuman manis yuri-pun belum memuaskanya…malah lebih menyakitinya? Kenapa sekarang ryosuke merasa lebih baik melihat wajah yuri yang dingin saja? Jahat ya? Bagaimanapun, ryosuke tak pernah bisa menipu dirinya sendiri…ketakutan kembali menjalar….makin hari, ia makin menyukai mariya, meskipun hanya melihat dari jauh tak ubahnya teropong pengintai yang hanya bisa melihat lihat dari balik lensa…ia takut, tak bisa mengerem rasa sukanya pada mariya, terlebih andai semua dugaanya tentang mariya benar, ryosuke tak siap…
                                                                                    ***
            Yuri membuka matanya lebar-lebar, diliriknya jam yang masih menunjukkan pukul tiga malam, tanpa sadar, seulas senyum tercipta dengan sendirinya, mengingat batapa senang hatinya saat berada di dekat mariya, meski ia telah menjeritkan berkali-kali pada hatinya bahwa mariya lebih tua darinya! LEBIH TUA DARINYA!!! Namun tetap saja, kalimat itu tak terlalu berpengaruh…
            Saat sedang asyik tersenyum membayangkan mariya, tiba-tiba pikiran lain menghampiri, pikiran yang sudah tiga minggu ini mengganjal, tentang sikap ryosuke. Bukan sikap diam ryosuke, oke! Sikap itu memang sedikit mengganggu dirinya! Sikapnya yang menyebalkan,dulu ryosuke selalu memaksanya bicara saat ia tak ingin, selalu memaksanya menyebut kaachan hingga yuri hampir habis kesabaran, skarang? Ryosuke selalu membuatnya berpikir salah apa ia hingga ryosuke bisa bungkam begini. meskipun sekarang…yuri sudah berubah, ia sudah menjadi lebih baik, tapi ia tak tau apa yang mendasari niat kuatnya itu. Masa’ hanya dengan sekali berbincang serius dengan mariya, matanya bisa terbuka? Ia kembali ingat kalimat mariya beberapa minggu lalu

“semua orang menyayangimu yuri…tak ada yang ingin ayahmu pergi, mereka semua juga ingin bahagia, mereka sadar itu. Dan tentang kakakmu, tidakkah kau mau menyebutnya nii-chan? Panggilan yang sangat manis bukan? Kau tak mau mencobanya? Mendengar ceritamu…kurasa kakakmu orang yang baik! Tanya pada hatimu sendiri, apa kau percaya kakakmu yang membunuh ayahmu?”

Dan, hanya kalimat itu! HANYA dengan kalimat itu saja, dengan mudah yuri menyebut ‘kaachan’ dan makan bersama dengan manis. Tapi kenapa sekarang giliran ryosuke yang bersikap dingin padanya? Perlahan tapi pasti… yuri sadar, apa yang membuat kakaknya begini….

            -[another side-ryosuke’s room]-

Mata ryosuke juga masih terbuka, tak sedikitpun rasa kantuk menghinggapi dirinya. Seperti yang ia bilang tadi, ia gelisah…ia ketakutan sekrang.

            Saat sedang asik gelisah, pintunya terbuka, ibunya. Wanita dengan tatapan penuh kasih sayang itu memasuki kamar ryosuke dengan hati-hati.

“ryo-chan, belum tidur?”

Tanya ibunya lembut. Ryosuke bangkit dan menggeleng.

“aku..belum mengantuk…ada apa?”

Tanya ryosuke. Ibunya tersenyum sebentar kemudian memasukki kamar ryosuke, ia duduk di samping ryosuke dan membelai rambut anak kandung nya.

“ryo-chan, kau tau tidak siapa gadis yang disukai yuri?”

Tanya sang ibu. Ryosuke lagi-lagi bungkam. Ibunya mmebicarakan yuri lagi. Jujru saja, topic tentang yuri semacam inilah yang membuat ryosuke merasa jenuh tiap kali mendengarnya. Tapi kali ini dia tak bisa protes lantaran yang membicarakanya adalah sang ibu.

“ke..kenapa kaachan bertanya hal semacam itu?”

Tanya ryosuke. 

“kenapa ya? Tadi yuri berkata ia sudah bertemu gadis yang manis, mungkin saja kau kenal dengan gadis yang dibilangnya manis itu kan?”

“ah! Ba…bagaimaa mungkin? Memang siapa nama gadis itu?”

“ehmm…ibu sedikit lupa…mungkin mariya-mariya begitu!”

GLEK!
Seraja ribuan jarum menusuk sekujur tubuh ryosuke. Sekarang bukan hanya perasaanya saja yang sakit, tapi kepalanya, seluruh tubuhnya, bahkan otaknya mungkin saja juga ikut sakit. Ryosuke terdiam cukup lama, sangat sulit baginya untuk tersenyum. Ia hanya menggeleng dengan tatapan kosong

“tidak…aku tak pernah dengar….”

Gumam ryosuke lirih. Seakan melihat perubahan dalam wajah putranya, sang ibu mengelus pelan kepala ryosuke dn menyuruh anak sulungnya itu untuk tidur, tak lama kemudian, wanita itu sudah pergi dari kamar ryosuke…meninggalkan seberkas luka kecil yang bisa saja membesar dalam hati ryosuke.
            Ryosuke merebahkan dirinya, menatap langit-langit kamar yang tinggi. Namun kemudian, semuanya tampak buram…beberapa tetes air menggenangi matanya yang kecoklatan.

apa yang kupikirkan? Kenapa aku menangis? Bagus kan, jika yuri bersama mariya? Bukankah itu artinya yuri akan berubah menjadi lebih baik? Kenapa aku begitu sakit saat memikirkanya? Mariya itu memang seharusnya milik yuri….sekalipun mariya adalah gadis di masa laluku….”

                                                                        ***

            Ryosuke memasukkan makanan ke dalam mulutnya pagi ini, senyumanya mengembang. Tampak bahwa ryosuke sedang senang pagi ini…mungkin….

“ohayou…”

Suara cempreng seorang yuri membahana ke seluruh penjuru ruang makan, tak jauh berbeda dengan ryosuke, yuri juga terlihat senang pagi ini.

“wah, anak-anak ibu hari ini senang sekali sepertinya!”

Kata ibunya, entah tertular atau apa, ibunya juga ikut tersenyum senang.

“nee, kaachan benar! Hari ini ulang tahunku kan? Yuto mengajakku jalan-jalan!”

Kata ryosuke riang. Ibunya dan yuri terdiam. Mereka hampir lupa, ryosuke ulang tahun hari ini! Ternyata perubahan yuri yang sangat besar itu telah membuat mereka lupa bahwa hari ini ryosuke berulang tahun. Ryosuke mencibir, kesal karena merasa ulang tahunya terabaikan.

“ah! Kaachan tidak akan lupa dong! Ryosuke kan anak kaachan..”

Tawa sang ibu. Yuri dan ryosuke tau, ibunya pasti baru saja ingat! Tapi itu tak terlalu berpengaruh untuk ryosuke.

“kalau aku, aku akan menyatakan perasaanku pada MARIYA-chan hari ini!”

Kata yuuri dengan penekanan dalam kata mariya. Ryosuke menghentikan senyumanya. Makananya tak bisa masuk ke tenggorokan, hatinya seperti merasa tertusuk! Bukan ribuan jarum…kali ini hanya satu, tapi teramat sangat besar! Cukup! Ryosuke tak mau menangis dihadapan ibunya atau siapapun! Ia lebih memilih pergi dari sana dan bergegas berangkat ke sekolah…

            To: mari-mariya@rocketmail.co.jp
            From: yuri-cHii@yahoo.co.jp
Mari-chan, ada yang ingin ku bicarakan, tolong temui iaku di taman sakura sepulang sekolah J
Yuri menghela nafas setelah keberangkatan ryosuke.

 ia tersenyum tipis, bukan! Kali ini bukan senyum kebahagiaan, senyuman yang dilontarkanya seakan berkata ‘selamat tinggal’

                                                                     ***

            “yo! Ryo! Kau kenapa? Aku sudah mengajakmu jalan-jalan kau malah kusut begini!”

Ujar sosok berpostur tegap dan tinggi bermarga nakajima itu. Ia meninju bahu ryosuke yang sedang melamun.

“eh> go…gomen…bagaimana kalau kita ke taman saja?”

Pinta ryosuke setelah sadar dari lamunanya. Yuto menghela nafas perlahan, kesal! Sejak tadi ia bebicara panjang lebar, menawari makanan, dan mengajak ryosuke bermain, tapi jawabanya? Hanya ‘hm’ atau ‘ya’ atau ‘terserah padamu’ bagaimana ia tak kesal? Oke, sekarang berhubung ryosuke sedang berulang tahun, mungkin bagus juga kalau ia menuruti mahkluk mengesalkan ini!

-[sakura park]-

            Mereka berdua pergi ke taman sakura. Terlihat disana yuto dengan wajah ‘kita-tidak-punya-kerjaan-ya-disini’-nya hanya diam, sementara ryosuke dengan wajah ‘aku-akan-mati-disini-saja-ah’-nya yang sangat menjengkelkan juga diam sambil berjalan di samping yuto. Tak lama, sepasang onyx milik ryosuke menangkap kedua sosok lain di hadapanya. Matanya sontak melebar.
            Disana ada yuri- dan dengan siapa lagi lelaki cebol itu jika bukan bersama mariya? Mereka berdiri berhadapan, dengan tangan yuri yang mengepal kuat dan mariya sang menatap keheranan. Ryosuke memang hanya bisa sedikit mendengar, tapi ia tau kemana arah cerita yang terpajang di hadapanya.

“mariya-chan….daisuki….”

Glek!
Apa kubilang? Ini memang cerita picisan yang mungkin sudah pernah didengar sekian banyak orang. Beberapa dari mereka mungkin saja berkomentar bahwa adegan tadi manis sekali. Tapi berbeda dengan ryosuke. Baginya itu sama saja dengan melihat pembunuhan di depan matanya. Ryosuke berlari-meninggalakan yuto yang baru sadar bahwa di taman yang sama ada yuri.
            Jangan kira ryosuke menangis! Ia sudah meneriakkan untuk tidak menangis karena kejadian itu, ia sudah mempersiapkanya dari semalam! Tapi kenapa tetap saja, ia takut?…takut jika seandainya ia tak bisa menerima kebahagiaan yuri…..

            -another side [yuri & mariya’s place]-

“mariya-chan, daisuki…”

“eh? Kau…kau bilang apa?”

“daisuki…”

“tapi kau….”

“tak apa, tak usah dijawab…mariya-chan, sekali ini…kumohon dengarkan aku sekali ini saja…”

Pinta yuri, ia menundukkan kepalanya dalam-dalam, membuat mariya bingung setngah mati dubuatnya.

“doushita yuri-kun?(ada apa yuri?)”

Yuri masih tak bergeming…tak lama kemudian, ia mengangkat wajahnya dengan tegas dan tersenyum ceria kearah mariya.

“tapi….ada yang menyukaimu lebih dariku….pangeran es….

Mata mariya sontak melebar. Mengingat kembali pertemuanya dengan anak lelaki berkulit dingin lima tahun yang lalu…

“dare(siapa)?”

Yuri kembali mengembangkan senyumanya…

“ryosuke yamada…”

“eh? Itu…kakakmu kan?”

“ya! Dan dia menyukaimu…aku hanya menyampaikan perasaan sukanya saja! Ah! Ja! Aku pergi dulu! Kau tunggu disini, aku akan memanggilkanya…”

“tapi…yuri-kun!!”

Terlambat…percakapan itu mengakhiri pertayaan besar yang ada di kepala mariya, pangeran es sebenarnya, ryosuke? Orang yang selalu yuri bicarakan dimanapun dan kapanpun…
            Sementara itu, yuri berlari. Dia melihat ryosuke tadi, sengaja tak dipanggilnya karena ia ingin menjelaskan pada mariya bahwa pangeran es-nya adalah ryosuke- bukan dirinya- meskipun pernyataan yang terlontar itu beribu-ribu lebih sakit dari sakit saat ryosuke mendiamkanya, tapi biarlah…ia ingin menebus semua kesalahanya, ia ingin melihat ryosuke bahagia..

“HEI!!!”

Pekik yuri saat melihat sosok yang sedang memunggunginya. Sosok itu menoleh, mempertunjukkan wajah rupawanya yang terlihat datar.

“tidak usah sok kuat begitu! Mariya-chan mencarimu tuh!”

Kata yuri dingin. Ryosuke terbelalak, nyaris saja ia membanting dirinya ke tanah saking terkejutnya. Kenapa? Bukankan ia dan mariya tak saling kenal? Kenapa mariya mencarinya?

“kenapa…dia pacarmu kan?”

Kata ryoske berusaha menenangkan  diri. Yuri tersenyum sinis.

“siapa bilang? Aku hanya berkata bahwa kau menyukainya kok!”

Jawab yuri enteng. Bertolak belakang dengan ryosuke yang terlihat makin terkejut.

“hei! Jangan bicara sembarangan!!!”

Perintah ryosuke dengan wajah memerah. Ia tak ingin yuri sakit hati, ia sudah ikhlas memberikan mariya pada adiknya yang satu ini.

“tapi dia menyukaimu juga, bagaimana?”

“kau…”

“cerewet! Cepat! Kau mau dia menunggu lama?”

“tapi…”

“HAYAKU!!(cepat)”

Ryosuke menelan ludah, apa maksud yuri? Apa yuri mau menjebaknya? Atau yuri sedang merencanakan sesuatu yang berada di luar nalarnya? Ryosuke hanya mengangguk, kemudian berjalan gontai melewati yuri.

ganbatte nee, nii-chan…(berjuanglah kak!).”

Bisik yuri pelan saat ryosuke melewatinya. Ryosuke berhenti bergerak, sekujur tubuhnya membeku saat mendengar kalimat itu keluar langsung dari mulut seoang yuri chinen.

“apa?”

Tanya ryosuke ragu. Yuri kembali menampakkan senyumanya-kali ini lebih lembut-

“iie…hayaku na, nii-chan…”

Ucap yuri, ryosuke masih membatu namun kemudian tersenyum karena akhrnya ia mengerti, apa yang dipikirkan yuri. Meskipun sedikit sesak rasanya karena mengingat berarti yuri merelakan mariya untuknya. Tapi biarlah, ia ingin mencoba egois sedikit, toh yuri yang merelakanya…ryosuke berjanji, akan membalas berpuluh-puluh kali lipat!

“arigatou…(terimakasih)”

Ryosuke berlalu. Meninggalkan yuri yang terdiam tak bergerak di posisisnya. Tanganya mengepal kuat.

“mendapatkan kasih sayangmu saja…sudah lebih dari cukup….”

                                                                          ***
            “mariya…hai, aku ryosuke…”

“kau…ryosuke yamada? Kakak yuri?”

“ya…dan kau melupakan satu julukan…pangeran es…”

Mariya terbelalak, memandangi ryosuke dai atas sampai bawah, semuanya masih sama..rambutnya yang kecoklatan, matanya yang bulat dan juga kecoklatan, pipinya yang tembam…semuanya! Sama seperti lima tahun yang lalu…
            Gadis itu tersenyum lembut, kemudian mengulurkan tanganya

“aku nishiuchi mariya….ayo berkenalan dari awal….”

                                                                                    ***
                                                                                   -[epilog]-
Yuri menatap pemandangan kota Tokyo yang ada di bawahnya…

Apa? Dibawah?

Ya! Yuri sekarang berada di atap sebuah gedung pencakar langit yang terlaak di pusat kota Tokyo. Cairan bening menghiasi matanya yang jernih…menangis…itulah yang dilakukanya sebelum mengakhri semua ini…tak lama, ia menghapus cairanyang lazimnya disebut ‘air mata’ itu, kemudian tersenyum pilu sambil terus menatap pemandangan yang ada di bawahnya.

“nii-chan….tanjoubi…omedetou….”

Yuri menghempaskan tubuhnya, meskipun demi tuhan! seluruh rasa takut yang ada di dunia ini sekarang bersarang di dadanya. Ia menangis, mungkin air mata itu yang mengiringinya hingga akhir…

Tubuh meungilnya terhempas bebas. Siap menghantam tanah, dan saat itu terjadi…maka semua akan selesai, seluruh penderitaanya, seluruh perasaan bertepuk sebelah tangan-nya,dan seluruh kebahagiaanya yang baru saja dimulai….ia memejamkan mata, tapi air mata itu tetap merembes keluar. Meskipun takut, ia harus siap…ini hadiah ulang tahun untuk kakaknya, sebagai tanda permintaan maafnya untuk ryosuke….

“aku menyayangi kalian ryosuke-niichan…..mariya-chan….

Dan semua ini adalah akhir baginya……
                                            ………tapi bukan bagi ryosuke kan?........
                                                                         
                                                                      -[owari]-
Eeehhhh???? Kok jadi begini????
Biarin ah! Masa bodo! Yang penting udah ngirim! Masa mau bikin ulang! Err…dan ingat! Ini pemeran utamanya yama-chan lhoo~ bukan mariya atau chinen, POKOKNYA pemeran utama adalah YAMADA RYOSUKE!!! *fiyuh~*
Anoo…arigaCHU buat semua yang udah bantu<3 –lia-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar